INOVASI BELAJAR-MENGAJAR, TUGAS “GURU”

INOVASI BELAJAR-MENGAJAR, TUGAS “GURU”

Terciptanya manusia unggul dan bertakwa merupakan cita-cita segenap pihak. Untuk mampu melahirkan manusia unggul dan bertakwa tersebut, tentu seluruh aspek pada diri manusia harus dikembangkan. Pendidikan sebagai sarana sentral mendidik manusia, memiliki peranan penting dalam upaya mencapai tujuan ini. Mau tidak mau pendidikan perlu mengembangkan tujuan pendidikan tersebut yang melingkupi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sementara itu, Ary Ginanjar Agustian menyatakan pentingnya pengembangan kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) subyek didik agar tercapai manusia harapan tersebut. Ketiga komponen inilah yang akan mengantarkan seseorang pada kesuksesan sejati. Kecerdasan intelektual baru-lah sebatas syarat dalam memperoleh keberhasilan, namun kecerdasan emosional-lah yang akan mengantarkan pada keberhasilan sejati. Kemudian kecerdasan sepiritual akan mengarahkan seseorang agar tidak kosong batin setelah tercapainya keberhasilan tersebut.

Pernyataan Ary Ginanjar ini senada dengan alquran surat Al-Mujadalah: 11, dimana Allah berfirman: “ ....Allah akan mengangkat derajat orang-orang diantara kamu, yaitu mereka yang beriman dan diberi ilmu pengetahuan, dan Allah mengetahui apa yang kamu amalkan”. Ayat ini menyatakan bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan rangkaian sistemik dalam struktur kehidupan setiap muslim yang akan mengantarkan mereka pada tingkatan derajat yang tinggi. Lebih mementingkan yang satu dari yang lain, akan melahirkan kehidupan yang timpang. Untuk itulah, demi mencapai generasi impian tersebut, lembaga pendidikan harus mengembangkan pendidikan iman, ilmu dan amal.
Tercapainya manusia unggul tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak, khususnya lembaga pendidikan, baik formal, non formal, maupun informal. Upaya peningkatan mutu pendidikan di negara kita terus diupayakan guna memperbaiki sistem pendidikan kita. Keberhasilan proses belajar mengajar pada akhirnya ditentukan oleh berbagai aspek meliputi metode mengajar, sarana prasarana, materi pembelajaran, kurikulum, siswa, guru, dan sarana lainya.

Tentunya aspek-aspek tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tidak mungkin kiranya bila kita terus memaksakan pembelajaran dengan paradigma kuno yang konservatif, kolot, dan statis karena akan berimplikasi pada turunnya motivasi belajar siswa. Dapat kita perhatikan keadaan empiris yang memperlihatkan bahwa siswa-siswi banyak yang merasa bosan, tertekan, dan malas belajar. Untuk itulah, sebagai seorang guru (dan calon guru), khususnya kita yang masih muda harusnya memiliki kemamuan dan kemampuan untuk membuat kreasi dan inovasi terhadap pembelajaran agar tercapai manusia harapan tersebut.

Kita semua mamahami dan menyadari bahwa siswa-siswi terdiri dari aneka macam karakter, budaya, kepribadian, dan latar belakang yang berbeda. Lebih dari pada itu, setiap siswa juga memiliki aneka variasi gaya belajar (paling tidak ada tiga macam gaya belajar; visual, auditori, dan kinestatik) dan kecerdasan (ada delapan macam kecerdasan; linguistik, logika-matematika, intrapersonal, interpersonal, musikal, visual-spasial, kinestetik, naturalis, dan eksistensial) yang berbeda.

Melihat perbedaan tersebut, paradigma baru yang kita terapkan juga seharusnya mengacu pada perbedaan tersebut. Untuk pengajaran, paradigma barunya adalah “apabila siswa tidak bisa belajar dengan cara kita mengajar, maka kita harus belajar mengajar mereka dengan cara mereka BISA belajar”. Sedangkan untuk pembelajaran, paradigma barunya adalah “setiap orang bisa belajar, tapi setiap orang belajar dengan cara yang berbeda.
Melalui blog ini saya mengajak kawan-kawan guru, khususnya guru muda (termasuk guru senior yang masih berjiwa muda) yang memiliki semangat untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mendiskusikan usaha-usaha yang bisa kita lakukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif, sehingga tujuan belajar dapat kita ciptakan secara optimal. Posting-posting berikutnya akan mengantarkan kita pada bagaimana kita mengubah kelas menjadi “komunitas belajar” dan “masyarakat mini” yang setiap detailnya telah digubah untuk mendukung belajar optimal, yaitu cara kita menata bangku, menentukan kebijakan kelas, hingga cara kita merancang pengajaran.

Bisa kita bayangkan alangkah bahagianya hati kita melihat ruang kelas, dimana siswa kita sedang belajar terlihat hidup dan penuh semangat. Para siswa tertarik untuk memperhatikan pelajaran dengan suka rela, tangan-tangan mereka teracung dengan antusias, tubuh mereka condong ke depan penuh rasa ingin tahu, dan gemuruh ria perayaan. Alangkah puasnya kita melihat senyum bahagia mereka, kelas penuh keriangan berbagi wawasan dan kehangatan saling tukar perkataan dan saling memotivasi.

Satu yang perlu kita ingat....

Kala Kecil Dulu, Ketika Kita Belajar Bersepeda, Jatuh Bangun Kita Jalani.. Namun Rintangan Dan Halangan Tersebut Tak Pernah Mematahkan Semangat Kita, Beruntung Pula Kita Memiliki Orang Tua Yang Senantiasa Mendorong Dan Memotivasi Kita Dengan Penuh Kesabaran Dan Diiringi Senyum Tulus Mereka... Bisa Kita Bayangkan Andai Saja Saat Kita Terjatuh Dan Gagal, Omongan Kasar Keluar Dari Mulut Mereka, Mungkin Sekarang Kita TIDAK Akan Pernah Bisa Naik Sepeda.. Namun Beruntung, Dengan Senyum Dan Motivasi Orang Tua Kita, Akhirnya Sekarang Kita Telah Mahir Bersepeda..
Kawan-Kawan, Kenapa Kita Membuang Pengalaman Belajar Terindah Tersebut?? Kenapa Tidak Kita Gunakan Metode Mengajar Tersebut Ke Dalam Kelas Kita?? Insya Allah Dengan Metoder Ini,, Kita Akan Melihat Kesuksesan Anak Didik Kita, Baik Sekarang, Esok, Atau Lusa, Karena Pada Dasarnya Semua Siswa Berhak Untuk Sukses, Tergantung Kita Yang Menemukan Dan Mengarahkan Jalan Sukses Mereka

PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN


oleh: Akhmad Sudrajat (dari Pusat Sumber Belajar Online)

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1.Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1.Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2.Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut: 
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

MODEL REVOLUSI BELAJAR DI NEGARA MAJU, SEBUAH INSPIRASI

MODEL REVOLUSI BELAJAR DI NEGARA MAJU, SEBUAH INSPIRASI

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kita sekarang tahu bagaimana cara menyimpan hamper seluruh informasi yang penting dan menyajikannya seketika dalam berbagai bentuk, bagi hamper semua orang dimuka bumi ini dan menghubungkan semua orang dalam sebuah jaringan belajar global. Kekuatan ini bahkan memeungkinkan Negara-negara berkembang untuk melompati revolusi indrusti, dan segera memasuki era informasi dan inovasi.

Gelombang perubahan yang mengguncangkan ini memaksa kita untuk memikirkan kembali segala sesuau yang selama ini yang kita pahami tentang pembelajaran, pendidikan, persekolahan, bsnis, ekonimi dan pemerintahan. Sekolah pun hanya dapat memperkenalkan teknologi informasi dengan baik jika mereka merumuskan kembali peran pengajaran dan pembelajaran. Akhirnya kita juga belajar menggunakan sumber daya manusia yang paling cemerlang, kekuatan yang nyaris tak terbatas dari miliaran sel dan trilyunan koneksi yang membentuk otak manusia.

Fakta yang mencengangkan tersebut lah yangakhirnya memaksa Negara-negara maju untuk melakukan revolusi belajar, guna mengikuti perkembangan jaman yang begitu cepatnya, dan guna memaksimalkan potensi sumber daya manusianya. Berikut in kami paparkan model revolusi belajar beserta aplikasinya oleh dunia pendidikan di Negara-negara maju yang kami sarikan dari buku revolusi cara belajar karya Gordon Dryden dan Dr. jeannette Vos edisi pertama.

1.Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid.
Di Finlandia, pemerintah meminta 5000 siswa untuk mengajari guru-guru mereka menggunakan computer gan teknologi informasi.

2.Bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Di Cina, anak-anak berusia delapan dan Sembilan tahun di Beijing 21st Century Eksperimental School, belajar bahasa inggris dengan fasih melalui permainan teka-teki selang berukuran besar, kuis, dan berbagai permainan lain yang menyenangkan.

3.Saat Terbaik untuk mengembangkan kemampuan terbaik adalah sebelum masuk sekoah, karena sebagian jalur penting pada otak dibentuk pada tahun-tahun awal yang penting tersebut.
Di daerah terpencil di Montana, Negara bagian Amerika yang berpenduduk paling jarang, semua anak berusia 4 tahun di taman bermain telah mampu mengeja, membaca, menulis, dan melakukan hitungan dasar, bahkan sebelum mereka masuk sekolah.

4.Guru-guru yang cemerlang kini dapat mengajar jutaan orang, melalui komunikasi elektronik interaktif, daan meraup banyak untung dari pekerjaann yangmereka sukai.
Di California, Jan Davidson, mantan sekolah, dan Bob suaminya yang bermodal awal $6.000 dari tabungan anaknya untuk merintis perusahaan multimedia pendidikan berhasil menjual perusahaan tersebut senilai $1 miliar.

5.Orang dapat belajar dengan baik ketika mereka mau belajar, bukan pada usia yang ditentukan orang lain.
Di Selandia baru, Michael Tan berhasil lulus ujian matematika tingkat SMU pada usia tujuh tahun. Dan Stephen Witte 12 tahun, yang oleh gurunya dianggap tidak disiplin lulus enam ujian beasiswa universitas dan berhasil meraih hadiah fisika dari SMU Papanui, tidak lama setelah diijinkan melompati empat kelas.

6.Metode baru jauh lebih berhasil dalam pelatihan karyawan
Di Amerika, para karyawan perusahaan perusahaan intel yang mengikuti kursus belajar cepat berhasil meningkatkan pengetahuan sebanyak 507% dibanding dengan 23% yang diraih oleh siswa yangbelajar dengan metode normal.

7.Informasi yang kompleks sekalipun dapat diserap dan diingat dengan mudah jika siswa benar-benar terlibat dalam pembelajaran
Di Arizona, Leo Wood guru SMU yang menggunakan metode serupa berhasil meningkatkan prestasi muridnya yang meraih nilai A, B, C di bidang Kimia dari 52% menjadi 93%.

8.Meskipun anda tertinggal disekolah, tidak tidak ada kata terlambat untuk mengejarnya, dengan metode belajar terpadu.
Di Histings, Selandia Baru, anak-anak usia 11 tahun yang ketinggalan lima tahun dalam hal membaca, mempu mengejarnya dalam waktu delapan sampai sepuluh minggu melalui program membaca dengan bantuan pemutar kaset , padahal ketinggalan inti normalnya dapt dikejar dalam waktu 3,3 tahun.

9.Penelitian tentang otak menunjukkan bahawa kecerdasan tikus dapat berkembang di lingkungan yang tepat dan demikian pula halnya dengan manusia.
Profesor Marian Diamond, ilmuan yang membedah otak Albert Einstein, di California berhasil membiakkan tikus-tikus paling cerdasdi dunia dan penelitian ini melahirkan terobosan besar dalam m,empercepat proses belajar manusia.

10.Tipe kecerdasan tidak hanya satu, dan setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sama uniknya dengan sidik jari. Sekolah yang efektif harus dapat mengenali dan melayaninya.
Di St. Louis, Missouri, para guru di New City School bersama-sama menulis sebuah buku tentang cara mengajar setiap mata pelajaran, di setiap kelas, dengan melayani berbagai tipe kecerdasan yang berbeda.

11.Gunakan dunia nyata sebagai ruang kelas. Pelajari dan tindaki.
Di Alaska, para pelajar diSMU Mt. Edgecumbe menjalankan empat perusahaan proyek percontohan. Salah satu proyeknya ekspor salmon asap ke Jepang senilai $600.000. meraka sekaligus belajar ilmu pemasaran, bisnis, ekonomi, dan bahasa jepang.

12.System belajar cepat telah teruji selama bertahun-tahun di berbagai sekolah bahasa asing, sekarang system ini harus dimanfaatkan semua orang.
Di Sydney Australia, para pelajar SMU Bervelly Hills berhasil menguasai bahasa perancis secara fasih dengan memadatkan kursus tiga tahun hanya menjadi delapan minggu. Memanfaatkan metode belajar mandiri yang revolusioner.

PETA PIKIRAN (MIND MAP), MEMAKSIMALKAN DAN MENGEFEKTIFKAN KINERJA OTAK

Mind Map adalah suatu alat atau pendekatan untuk menolong kita mencatat lebih efektif dan juga membantu otak berfikir secara teratur, memasukkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi otak. Mind Map merupakan cara yang paling kretif dan efektif dalam membuat catatan.

Mind Map diciptakan oleh Tony Buzan, pakar memori dari Inggris yang didasari padahasil riset bahwa cara kerja otak mengolah dan menyimpan informasi tidaklah linier, setihap demi setahap, tetapi otak menyimpan dan memproses informasi secara acak. Dismping itu, otak menyimpan informasi dalambentuk gambar, dan bukan dalam bentuk tulisan ataupun huruf. Buzan mempelajari bahwa sebenarnnya manusia dilahirkan dengan jutaankali lebih canggih dari computer. Bermodalkan pengetahuan tersebut, dan terinspirasi oleh computer yang dilengkapi dengan menual pemakaian hingga ribuan lembar, pada tahun 1971 Buzan berfikir mengapa otak manusia jauh lebih hebat tidak disertai user manual sama seperti halnya dengan computer?. Maka dari itu, Buzan menciptakan metode Mind Map.

Prinsip Mind Map sederhana, cukup mengikuti kemana otak berfikir, apa yang terlintas, apa yangteringat, dan tulisan dalam bentuk coretan yang berkait-kaitanan. Konsep kerja Mind Map sama dengan cara otak bekerja. Saat otak menerima informasi, otak akan berusaha menghubungkannya dengan informasi lain yang sudah ada sebelumnya. Seperti hubungan ini akan menciptakan koneksi baru di dalam otak. Itu sebabnya kita lebih mudah mempelajari ilmu di bidang yang krab dengan kita, daripada bidang yang asing. Demikian juga dalam peta pikuran, anda dapat melihat antara satu id eke ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Hal ini, sangat m,enudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi.

Setiap kali anda melakukan Mind Map, adalah saat mengorganisasikan suatu subyek/obyek yang terpikirkan oleh anda sehingga anda dapat melakukan pembelajaran terhadap subyek/obyek tersebut lebih mendalam, mengintegrasi pengetahuan lama, pengetahuan baru yang kemudian anda persiapkan untuk merevisi dan menguji, serta mengganti ide-ide baru dalam struktur untuk diingat kembali saat anda perlukan.

Beberaapa manfaat mind map secara terperinci sebagai berikut:
1.mempercepat pembelajaran
2.melihat koneksi antar topic yang berbeda
3.memudahkan ide mengalir
4.melihat gambaran besar
5.memudahkan mengingat
6.menyederhanakan struktur
7.meningkatkan kretivitas.

Berikut Cara membuat Mind Map

gunakan kertas berukuran besar. mulai dari bagian tengah permukaan halaman yang diletakkan dalam posisi memanjang. Hal ini dapat memberi keleluasaan bagi cara kerja otak untuk memencar keluar segala arah, dan mengekspresikan diri lebih besar dan alami.

Gunakan sebuah gambar untuk gagasan utama anda. Karena gambar bernilai seribu kata dan membantu anda menggunakan imajinasi. Gambar yang letaknya ditengah-tengah akan tampak lebih menarik, membuat anda terfokus, membantu memusatkan fikiran, dan membuat otak semakin sibuk.

Gunakan warna pada seluruh mind map. Karena bagi otak, warna-warna tidak kalah menarinya dari gambar. Warna membuat mind map lebih cerah dan hidup, meningkatkan kekuatan dahsyat bagicarakerja kreatif, dan ini sangat menyenangkan.

Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar centra dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan ketiga pada tingkat pertama dan kedua. Karena otak menggunakan asosiasi, maka apabila anda menghubungkan cabang-cabangtersebut, anda akan jauh lebih mudah menggunakan dan mengingat.

Buatlah cabang-cabang mind map berbentuk melengkung (bukan lurus) biar tidak membosankan otak. Cabang yeng melengkung lebih menarik dan indah bagi mata dan otak.
Cabang utama harus lebih tebal dari cabang ke dua
Gunakan satu kata kunci per baris sebagai pokok pikiran agar lebih tercetus pikiran dan gagasan baru.

Gunakan gambar diseuruh mind map, karena sebuah gambar bernilai 1000 kata.
Tersedia aplikaei mind map di situs www.freemind.soucerforge.net

FAKTA TENTANG OTAK, MEMAKSIMALKAN POTENSI MELALUI RAKSASA YANG TERTIDUR (2)

FAKTA TENTANG OTAK, MEMAKSIMALKAN POTENSI MELALUI RAKSASA YANG TERTIDUR (2)

Pada posting sebelumnya, telah kami sajikan mengenai fakta tentang otak, guna memeksimalkan kinerja otak, sehingga potensi besar yang kita miliki sebagai anugrah Allah swt dapat kita maksimalkan. Diantaranya mengenai Teori otak triune, otak kanan, dan otak kiri, gelombang otak, dan tingkat efektifitas otak dalam belajar. Pada posting kali ini akan kami paparkan tambahan mengenai langkah-langkah lebih lanjut yang dapat kita lakukan agar potensi kinerja otak dapat lebih kita maksimalkan.

Langkah-langkah memaksimalkan kinerja otak

1.Belajar menyimpan informasi dalam pola-pola dan dengan asosiasi yang kuat
Banyak ilmuan percaya bahwa kita menyimpan banyak hal yang trehubung seperti cabang-cabang pada pohon. Otak kita mengklasifikasi informasi dalam sebuah file penyimpanan, seperti sebuah perpustakaan, indeks buku, atau buku rujukan. Untuk itu simpanlah informasi tentang sesuatu dengan pola yang sama. Bila anda diminta untuk menyebutkan macam-macam buah, maka anda akan menyimpan jeruk di tempat yang sama dengan apel, namun bila diminta untuk menyebut sesuatu yang bulat, andaq akan menyimpan jeruk pada tempatyang sama dengan bola. Demikian juga anda akan langsung ingat bahwa april memiliki 30 hari bila anda membuat rima dimulai april, juni, September, November. Berbeda bila hanya menghitungbulan dari awal. Hal ini bisa terbantu dengan pembuatan mind map (baca PETA PIKIRAN (MIND MAP), MEMAKSIMALKAN DAN MENGEFEKTIFKAN KINERJA OTAK).

2.Gunakan pikiran bawah sadar.

Dari hasil riset diketahui bahwa otak kita, secara sadar hanya dapat mencurahkan satu focus kepada satu topic ke satu topic yang lain pada saat itu, namun dapatmelakukan sangat banyak hal pada level bawah sadar. Candace Pert seorang pakar otak bahkan menyatakan bahwa 98-99% pembelajaran dilakukan oleh otak dan tubuh pada level bawah sadar. Bisa dibaca lebih jelas pada bab gelombang otak pada posting FAKTA TENTANG OTAK, MEMAKSIMALKAN POTENSI MELALUI RAKSASA YANG TERTIDUR (1)

3.Minum air putih

Karena otak terdiri mayoritas dari air (72-78%), maka dehidrasi akan sangat mempengaruhi performa otak. Kekurangan cairan dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan berfikir dan menurunnya daya serap informasi.

4.Memberikan nutrisi yang sesuai

Seperti mesin-mesin kompleks, otak juga memerlukan energi. Pada dasarnya ia mendapatkannya dari makanan. Jika makanan anda berenergi rendah, otak tidak akan bekerja dengan baik. Otak membutuhkan banyak glukosa, maka buah dan sayuran segar menjadi sangat penting. Selain itu, untuk mengirim pesan, otak mula-mula harus menghasilkan listrik. Dari sumber listrik itu, makanan yang baik dikombinasikan dengan oksigen. Tentu saja oksigen diperoleh melalui pernafasan. Untuk itulah menari nafas dalam-dalam sangat dianjurkan sebelum dan selama belajar untuk mengkondisikan darah anda. Disamping itu,otak juga membutuhkan pasokan zat besi, natrium, dan kalium yang bisa diperoleh dari pisang. Kekurangan kalium akan mengurangi aliran arus listrik yang mengakibatkan kurangnya jumlah informasi yang dapatditerima otak. Berikut ini kami memberikan tips agar nutrisi yang dipelukan otak dapat terpenuhi.
Sarapan setiap pagi, lebih baik mengkonsumsi buah-buahan segar
Makan sianglah dengan baik, disarankan untuk mengkonsumsi sayuran segar.
Jagikan ikan, kacang, dan sayuran sebagai sumnber lemak nabati utama dalam diet anda. Minyak ikan berperan dalam menumbuhkan miliaran sel glial. Minyak kacang dan sayuran adalah sumber utama asam linoleat yang diperlukan otak untuk memperbaiki penyeketan myelin di sekitar “jalur pesan “ otak.
Berolah ragalah secara teratutuntuk mengoksidasi darah
Bersihkan diri dari racun, diantaranya menghindari rokok dan minuman beralkohol, apalagi narkotika.

5.Mmbuat kedaan sedemikian rupa sehingga mesuk dalam tingkat efektifitas otak yang terpenting.

Baca bab efektifitas otak pada posting FAKTA TENTANG OTAK, MEMAKSIMALKAN POTENSI MELALUI RAKSASA YANG TERTIDUR (1)

6.Melatih fungsi dan kerja otak

Otak kita seperti dengan otot tubuh. Otot tubuh yang dilatih akan semakin kuat dan berkembang. Namun bila tidak, maka akan melemah dan mengecil. Demikian juga otak kita. Deemikianlah sesuai hasil riset David Snowdon yang melakukan riset intensif pada biarawati di school of suster of notre dame.

7.Memilih lingkungan positif dan mendukung

Lingkungan yang bersifat mendukung dan dapat menstimulus pikiran akan sangat baik bagi kekuatan daya piker. Sebaliknya lingkungan yang memberikan tekanan dan stress akan sangat menghambat kinerja otak.

Perlunya perombakan dramatis dalam pendidikan orang tua

Sebagian peneliti tentang otak berkesimpulan bahwa 50% kemampuan belajar manusia berkembang dalam empat tahun pertama. Hal ini bukan berarti 50% pengetahuan dan kepribadian, melainkan bahwa pada tahun-tahun awal itulah otak bayi membentuk 50% koneksi – koneksi sel otaku tama, jalur-jalur yang siap menyimpan semua pengetahuan dimasa depan.

Jika memang demikian, rumahlah (bukan sekolah) yang menjadi lembaga pendidikan terpenting. Dan orang tualah (bukan guru) yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama. Numun di Negara maju sekalipun, sangat sedikit calon ibu (lebih sedikit lagi calon ayah) tidak mengetahui hal ini. Mereka tidak mengetahui potensi otak, makanan apa yang diperlukan untuk peryumbuhan otak, atau tentang rangsangan terbaik yang dibutuhkan oleh anak.

Karena itulah, program pengembangan anak harusnya menjadi prioritas utama. Prioritas di banyak negara berkembang justru sebaliknya. Subsidi-subsidi lebih banyak diberikan pada tinggat perguruan tinggi, dan semua itu lebih mahal dari pada sekolah taman kanak-kanak. Selanjutnya Sebagai orangtua, demi untuk memiliki generasi unggul, para orang tua hengaknya mempelajari mengenai hal-hal tersebut.

GAYA BELAJAR, SEBAGAI MODALITAS BELAJAR SISWA

GAYA BELAJAR, SEBAGAI MODALITAS BELAJAR SISWA

1. Pentingnya Memahami Gaya Belajar Siswa

Albert Einstein kecil dikenal suka melamun. Guru-gurunya di Jerman mengatakan bahwa ia tidak akan berhasil di bidang apapun, pernyataannya merusak suasana kelas, dan lebih baik ia tidak bersekolah. Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah. Dalam berbicara ia gugup dan terbata-bata. Sementara itu Thomas A. Edison pernah dipukuli guru dengan ikat pinggang karena dianggap mempermainkan guru dengan mengajukan banyak pertanyaan. Karena seringnya dihukum, ia dikeluarkan ibunya setelah mengenyam pendidikan formal hanya selama 3 bulan.
Einstein, Chuechill, dan Edison memiliki gaya belajar yang khas yang tidak sesuai dengan gaya belajar sekolah mereka. Untunglah mereka memiliki pelatih yang memahami gaya belajar tersebut hingga akhirnya kesuksesan luar biasa mampu mereka capai. Einstein berhasil menjadi ilmuan terbesar sepanjang sejarah, Churchill akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan orator terbesar abad 20, dan Edison menjadi penemu paling produktif sepanjang zaman.
Sayangnya, jutaan anak lain dengan kekhasan gaya belajar berbeda tersebut jarang sekali yang menemukan seseorang yang mampu memahaminya, sehingga tak mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya. inilah yang menjadi sebab terbesar kegagalan dunia pendidikan.
Setiap orang tentunya memiliki bakat dan modalitas belajar yang berbeda. Namun kebanyakan sekolah diselenggarakan dengan asumsi setiap orang itu identik. Bila kita perhatikan dalam kelas di dunia pendidikan kita, kita mlihat kecenderungan oleh guru yang hanya menggunakan satu cara saja dalam mengajar. Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis (visual), mengajar dengan menggunakan buku (visual). Sementara itu siswa belajardengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjakan tugas secara tertulis (visual), dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Karena hanya menggunakan satu gaya belajar, akhirnya timbullah beragam masalah yang menyebabkan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar siswa.
Bagi guru yang ingin sukses pada masa mendatang, sangat penting untuk mengetahui apa yang berlangsung dalam kepala murid mereka. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang mereka butuhkan. Pengetahuan guru tentang gaya belajar membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya belajar yang berbeda. Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pengajaran, dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka.

2. Macam-macam Gaya Belajar

Dari cara kita memasukkan informasi ke dalam otak melalui panca indra, kita mengenal paling tidak ada tiga macam gaya belajar, yaitu Visual (penglihatan), Auditori (Pendengaran), dan Kinestetik (Gerakan). Pembagian ini dapat diperluas lagi dengan tambahan gaya Tetile (Perabaan), Olfactori (penciuman), dan Gustatori (Pengecapan). Dari enam macam gaya belajar ini, tiga teratas merupakan gaya belajar yang sering dijumpai. Pada umumnya, jarang orang jarang menggunakan satu macam gaya belajar, biasanya akan ada kombinasi antar semuanya. Untuk itulah sabagai guru hendaknya kita mampu mengkombinasikan antar berbagai gaya belajar siswa. Dari hasil penelitian, jumlah siswa yang belajar secara visual sebanyak 27%, auditori 34%, dan 39% kinestetik. Hal ini kiranya dapat menjawab mengapa banyak siswa yang emngalami kesulitan belajar.

a. Gaya belajar visual (penglihatan)
Modalitas dan gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan, ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seorang yang sangat visual bercirikan berikut:
• Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan
• Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan.
• Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail: mengingat apa yang dilihat.
• Suka membuat coret-coretan
• Dalam komunikasi sering menggunakan kata yang berhubungan dengan penglihatan
• Berbicara dengan tempo cukup cepat
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna daripada papan tulis
• Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna.
• Beri kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat dengan aneka warna

b. Gaya belajar auditori (pendengaran)
Modalitas ini mengakses segala bunyi dan kata. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini. Seorang yang sangat auditorial bercirikan:
• Perhatiannya mudah terpecah
• Berbicara dengan pola berirama
• Belajar dengan cara mendengarkan
• Ketika membaca suka menggerakkan bibir/bersuara
• Berdialog secara internal dan eksternal
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume) dalam presentasi kelas
• Gunakan pengulangan, mintalah siswa menyebutkan kembali konsep pelajaran
• Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin
• Setiap segmen siswa diminta memberitahukan pada teman sebelahnya.

c. Gaya belajar kinestetik (Gerakan)
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi.. gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini. Seorang yang sangat auditorial bercirikan:
• Menyentuh orang yang berdiri berdekatan
• Banyak gerak
• Belajar dengan melakukan,
• Menunjuk tulisan saat membaca
• Mengingat sambil berjalan dan melihat
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Gunakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep kunci
• Ciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya
• Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan siswa untuk mempelajari langkah demi langkah
• Ijinkan siswa berjalan-jalan di kelas
• Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar, dan doronglah siswa untuk mengalaminya.
Siswa dengan kecenderungan kinestetik paling dirugikan dalam sistem pendidikan saat ini. Pelajar kinestetik perlu bergerak, padahal dalam kelas tradisional, anak harus diam dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. Anak ini sering dicap sebagai anak hiperaktif atau bandel.

3. Gaya Belajar, Diturunkan Atau Dikondisikan?

Mengapa kita semua begitu berbeda sekaligus mirip pada saat yang sama? Apa yang terjadi dengan gaya belajar kita setelah tumbuh dewasa? Apakah gaya belajar kita berubah atau tetap sama sepanjang hidup kita?
Pencarian penjelasan tentang manusia telah berlangsung selama berabad-abad yang lalu. Penelitian oleh Dunn dan Dunn merupakan salah satu alat yang mengandung unsure-unsur gaya hasil penelitian ilmiah yang jelas-jelas bersifat biologis dan tetap sepanjang masa. Penelitian yang dilangsungkan sejak 1979 mengungkapkan bahwa tiga perlima gaya belajar bersifat genetis, dan sisanya, diluar ketekunan, bisa dikembangkan memalui pengalaman.
Disisi lain, seberapa jauhkah pengkondisian mampu mengubah sifat gaya belajar siswa di area biologis? Banyak siswa nampaknya memang mampu menyesuaikan diri dengan cukup baik, mengikuti pelajaran dengan cukup baik, dan mampu meraih hasil yang bagus. Namun tidak sedikit pula mereka yang tidak mampu untuk demikian. Tidak cocok dalam lingkungan belajar yang demikian, dan tidak mampu belajar sebagaimana teman lain, sebagaimana yang dibenarkan oleh guru.
Penemuan ini telah membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa menjadi fleksibel di area-area biologis akan sangatmembantu, tetapi dikondisikan pada satu gaya belajar yang bukan gaya belajar siswa, akan memberi dampak yang dapat merusak dari berbagai segi. Pengkonsisan ini dapat menimbulkan masalah belajar, frustasi, dan penghargaan diri yang rendah.

4. Mengenal Dan Memahami Gaya Belajar Siswa
Kita telah memahami bahwa setiap orang, termasuk kita, memiliki modalitas belajar dan gaya belajar yang berbeda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak diperkenankan untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana yang kita suka. Bila ini kita paksakan, maka siswa yang berbeda kecenderungan dengan kita, akan merasa dirugikan. Untuk itulah kita harus berupaya mengenali gaya belajar siswa kita, dan akhirnya akan kita gunakan pula dalam mengajar. Terdapat bermacam cara mengenal karakteristik agaya belajar siswa kita, yang utama adalah dengan komunikasi dan bertanya.
a. Mengenal gaya belajar siswa dengan bertanya
Diskusi sederhana tentang gaya belajar dan minat sering menjadi cara termudah untuk menghancurkan tembok antara guru dan murid. Anda juga dapat menemukan gaya belajar siswa dengan mendengarkan suara mereka. Mintalah instruksi pada siswa bergaya visual, maka dia akan cenderung menggambar sebuah peta. Pelajar bertipe auditorial biasanya tidak suka membaca buku atau buku petunjuk, dia lebih suka bertanya untu memperoleh informasi. Sedangkan siswa bergaya kinestetik, selalu ingin bergerak. Diatas juga telah dijelaskan lebih detail ciri-ciri gaya belajar.

b. Mengenal gaya belajar siswa dengan melihat
Ahli NLP ( Neuro Linguistik Programming) menyatakan bahwa mereka sering bisa mengetahui gaya belajar yang disukai siswa hanya dengan gerakan mata dan mendengarkan pembicaraan mereka. Seorang siswa yang duduk tegak dan melihat lurus ke depan, atau yang matanya memandang keatas saat menerima informasi, dan jika berbicara cepat, biasanya adalah tipe visual.
Seorang siswa yang melihat kekanan-kiri saat menerima informasi, atau melihat kebawah, ke sisi berlawanannya, mungkin seorang auditoriaal. Ia biasanya akan berbicara dengan suara yang berirama. Sedangkan siswa kinestetik akan banyak bergerak, memandang ke kanan dan kebawah saat menrima dan menyimpan, dan kalau bicara lambat.

c. Mengenal gaya belajar siswa dengan bahasa tubuh.
Untuk menyerap informasi, pelajar visual biasanya duduk tegak dan menguikuti guru dengan matanya. Seorang auditorial sering mengulang dengan lembut kata-kata yang diucapkan guru, atau sering menggunakan kepalanya saat guru menyajikan informasi lisan. Sedangkan siswa kinestetik sering menunduk saat ia mendengarkan dan juga kadang suka bermain-main benda, mengklik pulpen sambil mendengarkan orang berbicara.

GURU MUDA, AGEN PERUBAHAN SEKOLAH

GURU MUDA, AGEN PERUBAHAN SEKOLAH


A. PENDAHULUAN

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktifitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah swt. menciptakan manusia pertama Adam di sorga dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al Baqarah: 31-33).
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia (1).
Dan secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju (taqaddumiyyah). Sehingga apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik (2).
Sebagai contoh nyata dari argumen di atas dapat kita lihat dari dua kenyataan berikut:
Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yamg pertama spotnic pada 4 oktober 1957, Amerika Serikat tergoncang dengan dahsyatnya. Demam spotnic melanda seantero Amerika. Betapa tidak, karena Amerika adalah negara besar pemenang perang dunia II telah kedahuluan oleh Uni Sovyet. Sampai-sampai presiden AS ketika itu membentuk tim khusus untuk merespon kejadian besar ini. Tim tersebut bukan bertugas menyelidiki kenapa Uni Sovyet berhasil mendahului mereka dalam meluncurkan pesawat luar angkasa, melainkan mereka mendapat intruksi lansung dari presiden untuk melakukan suatu tugas yang tidak disangka-sangka oleh para pengamat politik waktu itu. Tugas mereka adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dengan bekerja keras dan dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Sebuah keputusan yang teramat berani waktu itu. Tapi itulah sebuah konsekuensi kalau hendak berkompetisi dalam kemajuan peradaban.
Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai kepada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perkuliahan (3)
Hasil lain dari itu tentunya dapat disaksikan oleh dunia semuanya dimana AS sekarang telah menjadi kekuatan tunggal setelah runtuhnya US.
Kedua, kejadian yang hampir serupa sebenarnya pernah terjadi di Jepang seusai kekalahan mereka dalam perang dunia II dengan dibom atomnya kota Hiroshima dan Nagasaki. Jepang praktis lumpuh dalam segala segi kehidupan. Bahkan kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Belum lagi hukuman sebagai orang yang kalah perang yang melarang Jepang untuk membangun angkatan bersenjata. Semua itu merupakan hambatan yang sangat besar untuk dapat bangkit dan membangun sebuah peradaban baru. Tapi perkiraan akal manusia tidak selamanya benar. Jepang bangkit perlahan-lahan dengan memperbarui sistem pendidikan mereka dalam semua jenjang pendidikan. Dalam masa yang relatif singkat Jepang berhasil membangun negara mereka menjadi negara yang kuat dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Bahkan merupakan negara ekonomi terkuat yang menjadi ancaman bagi AS sendiri. Coba kita bandingkan dengan Indonesia yang mulai membangun diri pada waktu yang sama dengan Jepang (kita merdeka 1945 dan Jepang di bom atom 1945). Jepang telah berlari jauh di depan, kita malah masih tertatih-tatih bahkan jalan di tempat dan kadang kala juga mundur ke balakang. Contoh nyata dari kemajuan pendidikan di Jepang adalah berobahnya pengertian buta huruf dikalangan rakyat Jepang. Buta huruf yang sudah tidak ada lagi di Jepang mempunyai pengetian "tidak bisa menggunakan komputer". Betapa jauhnya pengertian ini dengan pengertian aslinya di kalangan dunia ketiga, yang berarti tidak bisa tulis dan baca.
Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka tunggulah kehancurannya.


Pembaharuan pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali, sedikitnya enam sampai tujuh kali pembaharuan. Pembaharuan pendidikan lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperbaharui ‘mobil’ (kurikulum, bahan ajar, sistim evaluasi, perbaikan dan pengadaan gedung dan alat). Kemudian melatih ‘pengemudi’nya (tenaga pendidikan dan staf administrasi). ‘Penumpang’ di dalamnya (murid, orangtua, dan pemakai lulusan). Tidak banyak disentuh dalam praktik kependidikan. Jalan raya dan lingkungan sepanjang jalan (lingkungan, dukungan semua pihak termasuk dukungan politik terhadap pendidikan) yang dilewati mobil yang tidak dirancang dan dibangun dengan baik.
Ada pepatah menyatakan : “more often, the journey is more important then the destination” yang bermakna, dalam banyak hal, pengalaman selama di jalan lebih penting daripada tempat tujuan. Terkait dengan tujuan (tujuan pendidikan, tujuan sekolah, tujuan kelas dan pembelajaran) masih banyak supir yang tidak tahu kemana mobil dan penumpangnya akan dibawa. Lebih parah lagi, penumpangnya sendiri belum terbiasa untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka, karena berpuluh-puluh tahun mereka terbiasa mengatakan “terserah yang membuat mobil dan pak sopir saja”. Para penumpang ini tidak dikondisikan untuk menyampaikan dan menjelaskan tujuan mereka dengan terbuka, maka jika :

• Kurikulum (mobil) kita tidak layak;
• Guru (sopir) kurang berkualitas;
• Murid, orang tua, pemakain lulusan (penumpang) belum berperan aktif.
• Dukungan masyarakat, pemerintah (jalan raya dan alam sekitarnya) minim
• Visi, filosofi dan tujuan pendidikan (tempat tujuan) belum terumuskan dan disepakati oleh semua pihak.


B. LANGKAH-LANGKAH PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

Langkah Pertama: Kenali Kebutuhan Akan Reformasi Sekolah
Titik tolak pada banyak sekolah adalah dengan menulis pernyataan visi dan misi baru yang menyebutkan secara spesifik filosofis sekolah, arah, tujuan, serta nilai-nilainya. Arahkan perhatian secara serius pada hal-hal urgen, misalnya prestasi rendah, kurangnya motivasi belajar, kedisiplinan, stres tinggi para guru, kurangnya keterlibatan wali siswa, atau masalah-masalah lain. Dengan menuliskan kebutuhan yang perlu dirubah ini, langkah kita untuk mengadakan perubahan memiliki semacam pijakan yang jelas.

Langkah Kedua: Cari Para Pendukung Perubahan
Tanpa dukungan dari orang lain, pastinya perubahan yang kita impikan akan sulit terlaksana, untuk itulah kita perlu memilih dan mencari dukungan dari civitas akademik yang kita percaya dan mempercayai kita. Jumlah orang yang harus diyakinkan tentang konsep atau pendekatan ini adalah sekitar 15% sampai 20% populasi sekolah. Dalam proyek perubahan ini hendaknya kita mencari dukungaan secara aktif dari pihak dalam maupun pihak di luar sekolah.

Langkah Ketiga: Buat Dan Komunikasikan Rencana Tindakan Perubahan Tersebut
Sebagai guru muda, tentunya masih sulit untuk mendapat kepercayaan dan dukungan dari populasi sekolah. Untuk itu, alangkah lebih bijak jika anda memulai dari proyek kecil yang akan berhasil dalam jangka waktu beberapa bulan pertama. Proyek-proyek tersebut harus diorganisasi dan dikoordinasi dengan baikuntuk mengurangi keraguan berlebihan yang terbuka diantara para staf sekolah tradisional. Untuk upaya struktur ulang yang besar, buatlah rencana minimum dan target untuk sampai jangka beberapa tahun.

Langkah Ke Empat: Dapatkan Sumber Daya Yang Dibutuhkan
Identifikasi dan dapatkanlah sumber daya manusia sekaligus kebutuhan materi. Termasuk dalam kelompok ini adalah konsultan, program pelatihan, sumber daya keuangan, dan waktu untuk melibatkan staf. Bila hal ini terasa sulit dan kurang efisien, kita bisa mengakali dengan memperbanyak referensi tentang sebuah sekolah modern dan mengadakan forum diskusi mengenai hal tersebut dengan beberapa staf yang kita percaya (kita pilih) pada langkah kedua di atas. Tentunya dibutuhkan kepercayaan diri yang sangat kuat dalam hal ini.

Langkah Ke Lima: Kenali Reaksi-Reaksi Emosional
Sebagai seorang agen perubahan, anda harus mengantisipasi reaksi-reaksi pribadi terhadap perubahan, siklus emosional yang khas yang diidentifikasi melalui penelitian, yang meliputi optimisme atau pesimisme baik yang terlihat maupun tersembunyi, realisme yang penuh harap, dan dampak-dampak yang lain, baik negatif maupun positif, (kebalik).

Langkah Ke Enam: Antisipasi Masalah, Identifikasi Keterampilan Memecahkan Masalah
Masalah-masalah yang bisa diprediksi selama proses struktur ulang adalah isu-isu emosional, kurangnya koordinasi atau komunikasi, kurangnya sumber daya, dan beberapa krisis yang tidak diantisipasi. Metode pemecahan masalah secara aktif menjadi hal yang sangat penting demi keberhasilan proyek ini.

Langkah Ke Tujuh: Berbagi Kepemimpinan
Untuk membuat perubahan menyebar luas dan tertanam kukuh, kita perlu berbagi dalam hal pengendalian proyek dan berkolaborasi dengan orang lain. Dalam hal ini tentunya harus pula melibatkan “orang-orang penting” dalam sekolah, khusunya kepala sekolah.

Langkah Ke Delapan: Segera Luncurkan Inovasi Ke Dalam Praktik Di Kelas
Untuk praktik-praktik kelas baru yang akan diimplementasikan, kita memerlukan kombinasi antara dukungan dan tekanan, dan upaya-upaya perubahan yang secara cepat dikaitkan dengan kelas tersebut akan dirasakan relevan dan urgen. Pada langkah ini, dibutuhkan pengembangan ataf secara terus menerus.

Langkah Kesembilan: Refleksi
Refleksi berarti mengadakan peninjauan terhadap implementasi inovasi yang kita luncurkan. Dalam kenyataannya, pasti akan ditemukan banyak kendala yang mengakibatkan tersendatnya, bahkan gagalnya upaya perubahan yang kita canangkan. Untuk itulah, bersama staf yang kita libatkan, kita mencari solusi dalam mmecahkan masalah yang kita jumpai yang tidak kita perkirakan sebelumnya. Dengan adanya refleksi ini, inovasi yang kita implementasikan dalam ruang-ruang kelas insya Allah akan mendekati keberhasilan.

Langkah Kesepuluh: Tanamkan Inovasi Dalam Praktik Organisasi
Setelah berhasil diimplementasikan, diukur dan diperbaiki, inovasi telah menjadi bagian dari kehidupan sekolah dan upaya-upaya struktur ulang menjadi tatanan kuat dalam filosofi, anggaran, kebijakan, dan administrasi sekolah terkait. Jangan lupa, rayakan keberhasilan ini. Selamat mencoba. Ma’an najah

FAKTA TENTANG OTAK, MEMAKSIMALKAN POTENSI MELALUI RAKSASA YANG TERTIDUR (1)

Allah swt telah menganugerahkan nikmat yang tak terhingga jumlahnya. Satu dari nikmat terindah adalah otak. Kita dilahirkan dengan dibekali otak yang sedemikiab canggihnya. Namun sayangnya kita belum mampu memaksimalkan anugrah terindah tersebut. Menurut survei, rata-rata manusia hanya menggunakan sekitar 4% dari kemampuan otaknya. Si genius Einstein hanya menggunakan 8% dari kemampuan otaknya.
Otak manusia adalah suatu organ yang beratnya sekitar 1,5 kg atau sekitar 2% dari berat tubuh yang dioperasikan dengan bahan bakar glukosa dan oksigen. Saat bayi dilahirkan, otaknya telah berukuran ¼ dari ukuran otak orang dewasa. Otak menyerap sekitar 20% suplai oksigen yang beredar di dalam tubuh manusia. Semua manusia sejak lahir telah memiliki 100.000.000.000 (seratus miliar) sel otak aktif dan didukung oleh 900.000.000.000 (sembilan ratus miliar) sel pendukung lainnya. Jadi totalnya ada 1 trilyun sel otak.
Diantara pembaca mungkin ada yang bertanya, apakah jumlah tersebut sama antara orang satu dengan orang lain? Kalau sama kenapa kecerdasan orang berbeda-beda? Sebenarnya dengan jumlah sel otak yang demikian cerdasnya, manusia memiliki potensi yang luar biasa untuk membuka tabir rahasia alam semesta. Namun sekali lagi, itu barulah sebatas potensi. Potensi ini harus dikembangkan. Meskipun memiliki jumlah otak yang sangat buanyak, ini bukanlah jaminan seseorang dapat menjadi makhluk yang cerdas. Kecerdasan seseorang tergantung pada seberapa banyak koneksi yang terjadi di antara setisp sel otak tersebut. Setiaap sel otak memiliki kemungkinan koneksi dari 1 hingga 20.000 koneksi. Jadi bisa dibayangkan betapa besar potensi yang dimiliki manusia.
Koneksi antar otak akan terjadi bila kita menggunakan dan melatih otak kita. Semakin sering kita menggunakan dan melatihnya, maka semakin banyak terjadi koneksi. Koneksi hanya akan terjadi bila kita dapat menciptakan arti pada apa yang kita pelajari.

Tiga Otak dalam Satu Kepala

Teori otak triune pertam akali dicetuskan oleh Dr. Paul Maclean. Didalam kepala manusia terdapat tiga macam otak yang berkembang sesuai dengan tahap evolusi manusia. Perkembangan terjadi secara bertahap mulai dari otak reptil, otak mamlia, dan neo cortex.
Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kembali, sistem saraf otonomi, dan mengatur fungsi utama tubuh seprti denyut jantung dan pernafasan. Selain itu, otak reptil juga berfungsi mengatur reaksi seseorang terhadap bahaya dan anacaman dengan menggunakan pendekatan “lari” atau “lawan”. Saat otak reptil aktif, orang tidak bisa berfikir. Yang berperan adalah insting. Otak reptil akan aktif bila seseorang merasa takut, stres, kurang tidur, marah, terancam, dan tubuh lelah. Berkebalikan dengan otak reptil adalah neo cortex. Neo cortex merupakan 80% dari total otak manusia yang berfungsi sebagai otak berfikir.
Pada neo cortex, terdapat empat lobus (cuping) otak yang memiliki fungsi berbeda. Lobus frontal, parietal, temporal, dan occipital. Lobus frontal yang treletak persis di belakang kening berfungsi untuk melakukan penilaian, kreatifitas, berfikir, merencanakan, dan memecahkan masalah. Lobus parietal terletak di bagian atas agak ke arah belakang dari otak kita, dan berfungsi untuki memproses sensasi dan fungsi bahasa. Lobus temporal terletak disamping kiri dasn kanan berfungsi untuk memproses pendengaran, memori, arti, dan bahasa. Sedangkan lobus occipital terletak di bagian dalam untuk penglihatan.
Dari otak reptil, otak berkembang menjadi otak mamalia. Di dalam otak mamila terdapat Limbic. Limbic ini berperan sebagai sakelar yang menentukan otak mana yang aktif, otak reptil atau neo cortex. Otak mamalia berperan dalam mengatur kebutuhan akan keluarga, strata sosial, dan rasa memiliki. Otak ini juga memberi arti pada suatu e3mosi atau kejadian. Disamping itu, otak mamalia juga berperan dalam mengendalikan sistem kekebalan tubuh, hormon, dan memori jangka panjang.

Otak Kiri dan Otak Kanan

Disamping triune otak, para ahli jug amembagi otak kedalam otak kanan dan otak kiri. Setiap belahan otak (kiri atau kanan) mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian (sequence) dan matematika. Jadi belahan otak kiri berespons terhadap masukan-masukan di mana dibutuhkan kemampuan mengupas/meninjau (critiquing), menyatakan (declaring), menganalisa, menjelaskan, berdiskusi dan memutuskan (judging). Belahan otak kanan berkaitan dengan ritme, kreativitas, warna, imajinasi dan dimensi. Jadi belahan otak kanan berfungsi kalau manusia menggambar, menunjuk, memeragakan, bermain, berolahraga, bernyanyi, dan aktivitas motorik lainnya. Sebenarnya kedua belahan otak kiri dan kanan sama penting dan sama kuatnya. Mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

Ciri otak kanan dan otak kiri:

Otak kanan suka:
-warna
- imajinasi
- melamun
- ruang
- irama
- dimensi
- sintetis
- gambar
- mengatur tubuh bagian kiri

Otak kiri suka:
- kata
- garis
- urutan
- waktu
- angka
- logika
- analisis
- mengatur tubuh bagian kiri

Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri:

Otak Kanan:
-Paham tanpa berpikir, lebih menggunakan intuisi
sehingga sering tidak mengikuti peraturan
-Kreatif dan menyukai seni
-Menggunakan perasaan dan caring person
-Berpikir dengan gambar
-Suka angan-angan
-Imajinasi tinggi
-Peka akan nada/intonasi suara
-Tanpa banyak kata-kata, belajar melalui melihat, meraba, mengalami

Otak Kiri:
-Menggunakan analisa, lebih banyak berpikir
-Mengikuti peraturan
-Menggunakan logika daripada perasaan
-Kuat dalam matematika dan bahasa
-Cepat hafal kata-kata dalam lagu
-Berpikir dalam & serius
-Memahami sesuatu melalui kata-kata/penjelasan
-Penuh perhitungan bukan angan-angan

Gelombang Otak

Dengan EEG ( electro oncephalograph) kita mengenal empat macam gelombang otak, yaitu Beta, Alfa, Theta, dan Delta. Pengukuran gelombang otak ini di dasarkan pada getaran yang ditimbulkan oleh otak kita dalam satu detik. Kita tidak mungkin berada dalam dua gelombang otak yang berbeda dalam waktu bersamaan.
Beta (12–25 Hz)

Alpha (8-12 Hz)
Theta (4-8 Hz)

Delta (0,5-4 Hz)
Kita dalam kondisi beta pada saat sadar, melakukan aktifitas yang memerlukan konsentrasi tinggi, misalnya debat, olahraga, atau proyek rumit. Bila kita rileks tetapi waspada, maka kita berada pada gelombang alfa. Misalnya saat membaca, melihat, dan menulis. Kondisi inilah kondisi paling tepat untuk belajar ada bebarapa cara untuk masuk kondisi ini, yaitu meditasi, teknik pernafasan, relaksasi, visualisasi, dan mendengarkan musik. Saat kita berada pada kondidi theta, kita berada pada kondisi yang sangat rileks, masuk ke kondisi meditatif, dan ide-ide kreatif muncul. Apabila kita tidak dapat mengendalikan diri, maka kita akan masuk ke kondisi delta, alias tertidur.
Tingkat Efektifitas Otak dalam Belajar
Otak kita bellajar dengan menggunakan urutan prioritas. Urutan prioritas ini akan mempengaruhi tingkat perhatian dan konsentrasi dalam mempelajari sesuatu dan seberapa kuat informasi tersebut tertanam dalam ingatan kita. Urutan prioritas tersebut adalah:

1. Untuk keselamatan hidup
2. membangkitkan emosi
3. belajar hal yang baru

Perhatian dan konsentrasi maksimal akan diberikan otak terhadap informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup. Semakin dianggap penting untuk keselamatan hidup, maka semakin tinggi pula konsentrasi perhatian dan semakin kuat puyla melekat dalam ingatan.
Prioritas kedua adalah apabila informasi itu membangkitkan emosi, baik sedih maupun gembira. Dalam belajar-mengajar, tentunya kita membutuhkan emosi positif. Semakin kuat informasi tersebut membangkitkan emosi kita, maka semakin konsentrasi kita memperhatikan informasi tersebut. Prioritas terakhir adalah informasi yang berhubungan dengan proses belajar biasa. Informasi ini mendapat konsentrasi perhatian yang paling sedikit.
Untuk memaksimalkan konsentrasi dan hasil belajar siswa, tentunya kita sebagai guru hendaknya harus menciptakan suasana yang mengantarkan siswa pada tingkat efektifitas yang paling prioritas, yakni membuat pelajaran kita sangat penting bagi kehidupan mereka. Hal ini bisa dicapai dengan pendekatan-pendekatan dalam pendidikan, misalnya pendekatan integrasi-interkoneksi (tunggu postingnya aja). Bila hal ini sulit dilakukan, maka kita bisa mencipyakan susana dengan prioritas kedua, yakni melibatkan emosi dalam setiap pembelajaran. Hal ini bisa kita capai dengan menggunakan aneka metode mengajar yang relevan ( tunggu juga). Sebagai bocorannya mungkin kita bisa mengadakan permainan, hadiah, dll.

Design by Blogger Templates